Diikuti 1.474 Penjemparing, Gladen Ageng Jemparingan Kulonprogo 2025 Pecahkan Rekor MURI

Sayoto Ashwan

Bupati Kulon Progo Agung Setyawan menerima piagam Rekor MURI dengan kategori peserta Jemparingan terbanyak, di Alun-alun Wates, Minggu (26/10/2025). (foto; istimewa)

KULON PROGO – Pemerintah Kabupaten Kulon Progo kembali mencatatkan dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam Gladen Ageng Jemparingan di Alun-alun Wates, Minggu (26/10/2025). Kegiatan dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo ke-74 ini memecahkan rekor untuk kategori peserta terbanyak Jemparingan dengan 1.474 penjemparing.

Jemparingan ini digelar Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo dengan dukungan Dana Keistimewaan DIY Tahun 2025. Peserta berasal dari 166 paguyuban jemparingan se-Indonesia.

“Gladhen Jemparingan 2025 resmi tercatat sebagai Rekor Dunia MURI ke 12.476. Tidak hanya memecahkan jumlah peserta, tapi juga mengangkat kearifan lokal sebagai identitas budaya,” kata perwakilan MURI Sri Widayati saat menyerahkan piagam kepada Bupati Kulonprogo Agung Setyawan.

Sebelumnya, MURI mencatat rekor jemparingan terbanyak 371 peserta yang diselenggarakan oleh Balai Pemuda dan Olahraga DIY pada 1 September 2013.

Bupati Kulon Progo, Agung Setiawan mengapresiasi kepada peserta jemparingan yang datang dar berbagai daerah di Indonesia. Jemparingan ini tidak hanya memecahkan rekor MURI, namun juga pelestarian budaya.

“Alhamdulillah, rekor MURI dalam pelestarian budaya panahan tradisional jemparingan berhasil kita raih bersama pada kesempatan hari ini,” ungkapnya.

Agung menegaskan kegiatan ini tidak hanya sebagai lomba, tetapi juga simbol persatuan bangsa melalui budaya.

Jemparingan lahir dari tradisi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di masa Sri Sultan Hamengkubuwono I (1755–1792), yang menanamkan nilai kesatria kepada rakyatnya melalui olahraga panahan. Kini, tradisi tersebut menjadi kebanggaan nasional dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak 21 Februari 2024.

“Gladhen Ageng Jemparingan bukan hanya ajang olahraga, tetapi ruang bagi masyarakat untuk menyatu dengan nilai-nilai budaya kita,” ujar Sutarman, plt Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo.

Ketua DPRD Kabupaten Kulon Progo, Aris Syarifuddin mengatakan, jemparingan bukan sekadar perlombaan panahan, tetapi cerminan falsafah hidup masyarakat Jawa. Jemparingan mengajarkan tentang ketenangan, ketepatan, kesabaran, dan pengendalian diri.

“Kemajuan tidak hanya diukur dari infrastruktur, tapi dari seberapa kuat jati diri budaya rakyatnya,” ujarnya.

Rekomendasi Untuk Anda

News

HKSN 2025 di Kulon Progo, Merawat Solidaritas, Kuatkan Kepedulian Sosial

KULON PROGO – Semangat kebersamaan dan kepedulian sosial kembali diteguhkan dalam peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2025 yang digelar ...

Tokoh

Tokoh Masyarakat Tembagapura Ajak Warga Tolak Provokasi Jelang Natal

MIMIKA – Tokoh masyarakat Distrik Tembagapura, Derek Alom, mengajak seluruh warga untuk tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang berpotensi mengganggu ...

News

Belajar di Luar Kelas, Siswa MTsN 6 Kulon Progo Jelajahi Surabaya–Malang

KULON PROGO – Pembelajaran tak selalu harus berlangsung di dalam kelas. MTsN 6 Kulon Progo membuktikan hal tersebut melalui kegiatan ...

Ekbis

Siswa MTsN 1 Kulon Progo Rintis Bisnis Kripik Pisang Coklat

KULON PROGO – Sejumlah siswa MTsN 1 Kulon Progo berkreasi dan mencoba berbisnis. Mereka merintis usaha kripik pisang coklat yang ...

News

Menggapai Asa di Tanah Baru, 5 Keluarga Kulon Progo Transmigrasi ke Sulawesi Tengah

KULON PROGO – Harapan baru mengiringi langkah lima keluarga asal Kabupaten Kulon Progo yang diberangkatkan menuju kawasan transmigrasi Lore Tengah, ...

News

Relawan Ambulans Barat Perkuat Solidaritas dan Profesionalisme Layanan Darurat

KULON PROGO – Komunitas Relawan Ambulans Barat (RAB) menggelar Sarasehan dan Pelatihan Relawan Ambulans Barat 2025 sebagai upaya memperkuat solidaritas, ...

Tinggalkan komentar