KULON PROGO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) bersama dengan Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kulon Progo menggelar syawalan yang dilaksanakan di Aula Kantor PDM Kulon Progo, Sabtu (26/4/2025). Pertemuan ini merupakan salah satu upaya merekatkan persaudaraan dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah
“Syawalan ini agar hubungan NU dan Muhammadiyah bisa semakin erat dalam melaksanakan silaturahmi,” kata Ketua PDM Kulon Progo Nurudin.
Syawalan ini dihadiri Bupati Kulon Progo Agung Setyawan dan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kulon Progo. Sedangkan hikmah syawalan disampaikan Kepala Kemenag Kulon progo WHM Wahib Jamil.
Artikel Terkait
Menurutnya, selam ini antara NU dan Muhammadiyah di Kulon Progo sudah bersinergi dalam kaitan dakwah. Semuanya berjuang dan mengajak umat berjuang dalam menegakkan amar maruf nahi munkar.
“Kalau kemarin di NU sekarang giliran Muhammadiyah. Semoga bisa mmebawa dakwah Islam Amar Maruf Nahi Mungkar,” katanya.
Ketua PCNU Kulon Progo, Luqman Arifin Fathul Huda mengatakan, syawalan ini menjadi komitmen bersama untuk menjadikan sebagai sebuah tradisi yang baik. Dalam satu atau dua dekade yang lalu, hubungan kedua lembaga ini kerap diwarnai friksi khairiyah. Namun saat ini sudah berjalan harmonis yang bisa dilanjutkan dalam kegiatan ibadah.
“Kini hubungan sudah semakin harmonis, semakin dewasa dalam beragama. Ini sejalan dengan tema untuk merekatkan persaudaraan dan menguatkan dalam dakwah,” katanya.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Agung Setyawan memohon maaf kepada pengurus NU maupun Muhammadiyah jika ada salah baika secara pribadi atau mewakili institusi pemerintahan. Agung berharap ada dukungan, saran dan masukan agar pemerintahan bisa menjadi lebih baik.
“Saya nderek apa yang dihasilkan dalam syawalan ini. Semoga bisa membawai ukhuwah Islamiyah yang lebih baik,” katanya.
Ketua MUI Jumarin mengaku bangga dan berbesar hati melihat kyai dari NU dan Muhammadiyah bisa berkumpul menjadi satu. Hal ini harus dipertahankan dan dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Bagaimana mempertahakan dan mengembangkan apa yang sudah terjalin dengan baik ini. Semuanya sudah dewan dan pasti bisa saling memahami,” kata Jumarin.
Jumarin berharap, perbedaan yang ada yang bukan prinsip agar dipertahankan. Hal ini menjadi ciri khas dari masing-masing ormas keagamaan terbesar di Kulon progo ini.
“Masih ada permasalahan akar rumput, problem yang kompleks yang tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Masih ada masyarakat yang malu ke masjid, ini yang menjadi PR bersama,” katanya