Menengok Jejak Tari Angguk, Kesenian Khas Kulon Progo yang Populer di Era 1991-1997

Sayoto Ashwan

Surajiyo dan istrinya Sri Wuryanti bersama para seniman Tari Angguk di Sanggar Sri Panglaras, Kulon Progo, Kamis (5/12/2024). (foto: Sayoto Ashwan)

KULON PROGO – Tari angguk menjadi salah satu kesenian khas Kabupaten Kulon Progo yang sudah diakui pemerintah sebagai salah satu warisan budaya tak benda. Tari ini sempat populer di era 1990-an dan terus mengalami pasang surut sampai saat ini.

Tari Angguk telah menjadi salah satu identitas Kabupaten Kulon Progo. Tarian ini sudah ada sejak masa lalu, sejak nenek moyang dulu. Dulu tarian ini dimainkan oleh kaum laki-laki. Namun pada 1991, tarian ini dimainkan perempuan muda yang energik sehingga banyak memikat penonton. Tarian inipun booming dan hampir setiap malam dilaksanakan pentas di berbagai daerah yang dihadiri ribuan penonton.

“Tari Angguk ini sudah ada sejak masa lalu tetapi pada 2001 kami tampilkan penari perempuan. Dulunya semua pemain laki-laki,” kata Pimpinan Sanggar Angguk Sri Panglaras, Surajiyo, Jumat (6/12/2024).

Surajiyo mengaku pada 1991 dia bersama istrinya Sri Wuryanti mendirikan Sanggar Tari Angguk Sri Lestari. Sanggar ini didirikan atas arahan seorang camat kala itu yang menyaksikan pentas tari angguk perempuan pada panggung 17 Agustus. Arahan itu muncul setelah penampilan tarian ini mampu menghibur penonton dan mendapat sambutan positif.

Menggunakan bendera Sri Lestari, Seni Angguk bisa berkembang hingga mencapai titik tertinggi. Hampir selama tujuh tahun tari angguk dipilih untuk mengisi hiburan. Apalagi dalam setiap penampilan muncul nama-nama Umi, Prapti yang menjadi magnet tari angguk yang membuat pengunjung terpikat. Tari angguk juga kuat dengan hal mistis yang kerap membuat penari hingga penonton kesurupan.

Namun sayang popularitas tari angguk harus terhenti akibat krisis global. Krisis moneter yang terjadi pada 1998 ikut mmebawa dampak terhadap perkembangan tari angguk.

“Pada 1998, bersamaan krisis moneter pamor tari angguk meredup dan akhirnya sanggar itu bubar,” katanya.

Sebagai seorang seniman, Surajiyo atau dikenal dengan Ki Capang komitmen untuk mengembangkan tari angguk bersama istrinya. Kebetulan istrinya juga penari Ndolalak yang mirip dengan tari angguk di Purworejo. Akhirnya pada 2001 mereka mendirikan Sanggar Sri Panglaras yang sampai saat ini bertahan. Sanggar ini sudah melahirkan ratusan penari angguk hingga tari klasik dan kontemporer. Bahkan sanggar ini juga memberikan ruang bagi penyandang disabilitas untuk berlatih dan menari Angguk.

“Saat Presiden SBY, kami juga pernah tampil di Istana Merdeka,” ujarnya.

Upaya regenerasi Tari Angguk hingga kini tetap berjalan. Banyak anak-anak hingga remaja rela berlatih untuk melestarikan kesenian khas Bumi Menoreh.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo, Eka Pranyata, mengatakan dinas akan terus memberikan perhatian kepada dunia seni dan budaya. Salah satunya pada pelestarian dan pengembangan Tari Angguk.

“Pemerintah telah mengalokasikan Dana Keistimewaan untuk mendukung pelaku seni di Kulon Progo berinovasi, berkreasi dan mengembangkan potensinya,” katanya.

Rekomendasi Untuk Anda

Tokoh

Ika Damayanti Fatma Negara Ajak Petani Daftarkan Lahan Pertanian Abadi

KULON PROGO – Anggota DPRD DIY, Ika Damayanti Fatma Negara siap mengawal program pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan. Program ini ...

News

Anggaran Pengawasan Pilkada Kulon Progo Sisa Rp3,3 Miliar

KULON PROGO – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kulon Progo telah selesai menjalankan fungsi pengawasan Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) 2025. Mereka ...

Ekbis

HUT Ke-22, Perumda Aneka Usaha Siapkan Transformasi Bisnis

KULON PROGO – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Aneka Usaha akan melakukan transformasi bisnis. Mereka berkomitmen agar bisa berkontribusi dalam pembangunan ...

News

Pesan Gubernur Sri Sultan HB X Alang-Alang Dudu Aling-Aling Margining Kautaman, Ini artinya

KULON PROGO – Pemerintah Daerah (Pemda) DIY terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah DIY. Hanya saja masih ada ...

News

Berhasil Cetak 5,16 Hektare Sawah Baru, Petani Gulurejo Minta Normalisasi Sungai

KULON PROGO – Pemerintah Kalurahan Gulurejo, Lendah bersama petani berhasil mencetak sawah baru seluas 5,16 hektare di Bulak Rowo Jembangan. ...

News

Panen Raya Padi di Bulak Jembangan Lendah, Bupati: Hasil Pertanian Harus Dimaksimalkan

KULON PROGO – Bupati Kulon Progo Agung Setyawan menghadiri wiwitan dan panen raya padi di Bulak Rowo Jembangan, Gulurejo, Lendah, ...

Tinggalkan komentar