YOGYAKARTA– Nilai Inflasi DIY pada bulan Oktober masih terkendali, meski ada sedikit peningkatan dibanding bulan September. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta kepada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan.
Berdasarkan data BPS, IHK DIY pada Oktober 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,42 persen (mtm) atau naik dari 0,15 persen (mtm) pada September. Secara tahunan, inflasi DIY mencapai 2,9 persen (yoy), lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (1,57 persen) dan sedikit di atas inflasi nasional.
“Kita berada di titik keseimbangan, antara keberhasilan menjaga stabilitas harga, dan tantangan mempertahankannya di tengah tekanan musiman akhir tahun,” kata Sultan pada Rapat Koordinasi Daerah TPDI DIY 2025 di Yogyakarta, Senin (11/11/2025).
Artikel Terkait
Sri Sultan mengingatkan menjelang Natal dan Tahun Baru, tekanan inflasi biasanya meningkat. Ini terjadi lantaran ada kenaikan permintaan komoditas sementara pasokan menurun pascapanen. Hal ini harus diantisipasi sejak dini agar tidak mneimbulkan gejolak harga.
“Inflasi harus terkendali dengan cara yang berkeadilan, yakni harga stabil di pasar, namun petani tetap sejahtera,” kata Sultan.
Sultan menyebut sektor pertanian menjadi kunci pengendalian inflasi. Ia menekankan pentingnya peningkatan efisiensi irigasi, penyimpanan, dan transportasi untuk menjaga pasokan tetap stabil.
“Cadangan pangan daerah, peran BUMD sebagai penggerak ekonomi pangan, dan perluasan akses kredit pertanian harus ditingkatkan,”katanya.
Upaya lain dengan kerja sama antardaerah untuk menjaga keseimbangan stok, percepatan hilirisasi produk, dan penguatan digitalisasi pertanian guna memprediksi pola tanam dan permintaan pasar. Masyarakat juga harus diberi edukasi agar tidak panik dan mengurangi peran perantara dikurangi.
“Inflasi dapat ditekan, karena tidak ada spekulasi dan distorsi harga di tengah rantai pasok,” ucap Sultan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo mengatakan, inflasi DIY masih terkendali meski sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan harga terutama dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, penyediaan makanan dan minuman/restoran, serta pendidikan.
Komoditas utama penyumbang inflasi antara lain emas perhiasan, beras, dan kelapa, sementara bawang putih, cabai rawit, dan kangkung justru mengalami penurunan harga.
“DIY masih menjadi salah satu provinsi dengan inflasi yang relatif rendah di Jawa dan tetap berada dalam koridor target nasional,” ujar Sri Darmadi.
Secara umum, ekonomi DIY tumbuh 5,40 persen (yoy) pada triwulan III 2025, tertinggi di Jawa. Pertumbuhan ini didukung oleh sektor konstruksi, industri pengolahan, jasa pendidikan, serta akomodasi dan makan-minum.
BI mendorong keterlibatan lembaga sosial melalui pemanfaatan dana sosial komunitas untuk pengendalian inflasi. Skema ini terbukti membantu menstabilkan harga saat panen raya dan menjaga nilai tukar petani, menyeimbangkan pasokan antara wilayah surplus dan defisit pangan di DIY.
“Upaya menjaga stabilitas harga harus disertai komunikasi publik yang efektif,” tegas Sri Darmadi.


















