YOGYAKARTA – Indonesia Social Investment Forum (ISIF) 2025 digelar di Hotel Tentrem, Yogyakarta, selama tiga hari, 9–11 Desember 2025. Forum ini menyoroti perlambatan capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Indonesia, sekaligus merombak cara kerja berbagai sektor yang masih berjalan secara parsial.
Direktur Social Investment Indonesia, Pitono Nugroho, menilai stagnasi SDGs tidak lepas dari pola kerja sektoral yang terfragmentasi. Berdasarkan laporan Sustainable Development Solutions Network, skor indeks SDGs Indonesia pada 2024 tercatat 69,4, turun dari 70,16 pada 2023, sehingga menurunkan posisi Indonesia dari peringkat 75 ke 78 dunia.
“Kita harus melampaui batasan sosial dan membangun cara kerja yang benar-benar kolaboratif. Tanpa itu, percepatan SDGs sulit terwujud,” ujar Pitono.
Artikel Terkait
ISIF 2025 mengusung tema “Melampaui Batasan Sosial”, menekankan pentingnya memperkuat aspek sosial dalam kerangka Environmental, Social, and Governance (ESG). Selama ini, isu sosial sering tertinggal, meskipun menjadi dimensi krusial yang menentukan legitimasi dan keberlanjutan dunia usaha.
Chairperson of Advisory Board Social Investment Indonesia, Jalal mengatakan, sektor publik, dunia usaha, dan organisasi masyarakat sipil masih bergerak sendiri-sendiri. Bahkan di dalam satu perusahaan tim community development tidak terhubung dengan HR maupun tim lingkungan.
“Hal ini membuat penanganan masalah sosial kerap lambat,” katanya.
Dalam upaya mempercepat kolaborasi, ISIF 2025 menekankan tiga pendekatan utama. Pertama, inovasi sosial berbasis komunitas dan teknologi yang memperkuat solusi akar rumput melalui pemanfaatan teknologi digital untuk memperluas inklusi sosial.
Kedua, pendanaan berkelanjutan yang mengintegrasikan aspek sosial dalam kerangka ESG serta membuka peluang impact investment dan blended finance agar solusi lebih terintegrasi. Ketiga, pengukuran dampak yang akuntabel dengan menyelaraskan program lintas sektor menggunakan metrik kuantitatif seperti Social Return on Investment (SROI).
Sebagai bagian dari komitmen memperkuat kolaborasi, Social Investment Indonesia meluncurkan dua inovasi digital. Pertama, SROI App, sebuah aplikasi yang membantu penghitungan SROI secara sistematis dan mudah digunakan. Kedua, Jurnal Canting, jurnal transdisipliner yang membahas pengembangan masyarakat, investasi sosial, keberlanjutan, dan pendekatan regeneratif.


















