KULON PROGO – Warga Padukuhan Sengir, Kalurahan Kalirejo, Kokap memiliki adat dan tradisi yang masih dipegang teguh. Salah satunya menggelar upacara adat Joyokusumo yang rutin dilaksanakan setiap tahun.
Upacara Adat Joyokusumo sudah digelar warga selama puluhan tahun. Setiap tahun tepatnya pada Kamis Wage pada bulan Sapar pada penanggalan Jawa, warga akan menggelar tradisi.
Lurah Kalirejo Lana mengatakan Upacara Adat Joyokusumo salah satu tradisi untuk menghormati terhadap tokoh leluhur setempat Pangeran Bei Joyokusumo. Joyokusumo merupakan pejuang yang gugur dalam melawan anthek-anthek Belanda yang dipimpin oleh Reksodiwiryo.
Artikel Terkait
Pangeran Bei Joyokusumo, gugur dalam keadaan yang kurang pantas. Kepalanya dipenggal penjajah Belanda dan dikubur di Makam Banyusumurup, sedangkan tubuhnya dimakamkan di Bukit Depok Padukuhan Sengir, Kalirejo.
“Pangeran Bei Joyokusumo, dikenal sebagai panglima perang di era perang Diponegoro yang berjuang demi kemerdekaan dan keselamatan rakyat,” kata Lurah Kalirejo Lana di sela pentas Gebyar Seni dan Budaya Yogyakarta (GSBY) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, akhir bulan Mei lalu.
Menurutnya, Makam Joyokusumo di daerah Sengir menjadi pusat spiritual dan sejarah baik dari masyarakat setempat maupun dari luar daerah. Banyak orang berziarah dan tetirah di areal ini.
Untuk mengenang perjuangan Joyokusumo, warga selalu menggelar upacara adat. Kegiatan ini diawali dengan kerja bakti membersihkan area makam sebagai simbol penghormatan dan penyucian tempat yang keramatkan. Pada malam harinya, warga mengadakan doa bersama dan tahlil untuk mendoakan arawah Pangeran Joyokusumo serta para leluhur.
Keesokan harinya, para laki-laki dewasa menyembelih kambing sebagai bagian ritual adat. Uniknya, seluruh proses memasak juga dilakukan oleh para lelaki. Makanan yang telah dimasak tidak boleh dicicipi sedikit pun hingga tiba waktunya Gelar Wilujengan.
Puncak acara ini digelar dengan menggelar kirab budaya, warga akan mengusung gunungan hasil bumi. Selain itu juga ada iring-iringan kesenian tradisional yang diakhiri dengan Gelar Wilujengan dan makan bersama.
”Ini bukan hanya ritual, tetapi juga menjadi simbol identitas, sejarah perlawanan dan kekuatan spiritual masyarakat Sengir yang terus hidup dan diwariskan lintas generasi,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo, Eka Pranyata mengatakan, Upacara Adat Joyokusumo merupakan salah satu kegiatan adat dan tradisi yang masih dilaksanakan masyarakat. Banyak nilai dan hikmah yang bisa dipetik dari upacara ini.
GSBY 2025 idi TMII menjadi salah satu cara untuk paya mengenalkan seni budaya lokal di tingkatan nasional. Tidak hanya disaksikan warga DIY di perantauan, namun juga sejumlah duta besar negara-negara sahabat.
“Acara ini menjadi ajang silaturahmi, diplomasi budaya, mengenalkan warisan budaya tak benda, juga promosi pariwisata minat khusus,” kata Eka